Tenggulangbaru.id – Istri sholehah adalah pemain kunci dalam tim keluarga sakinah. Rasulullah SAW bersabda,
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah”.
Ini menegaskan betapa berharganya peran istri sholehah dalam rumah tangga. Secara singkat, enam ciri utama istri sholehah adalah: (1) penuh kasih sayang dan lemah lembut, (2) taat dan menjaga diri, (3) menyenangkan suami lewat sikap dan penampilan, (4) selalu bersyukur atas pemberian suami, (5) melayani suami dengan baik, serta (6) menjaga rahasia dan martabat keluarga.
Keenam ciri ini akan dijelaskan satu per satu berikut dengan hadits pendukung agar suami – seperti kapten tim – tahu cara mendukung tim keluarganya.
Istri sholehah dikenal karena kelembutan hati dan kasih sayang yang tulus kepada suami dan keluarga. Mereka tidak reaktif atau kasar, melainkan sabar dan lembut. Rasulullah SAW pernah bersabda kepada sahabat:
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ اَلْوَدُوْدُ الْوَلُوْدُ الْعَؤُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا، الَّتِى إِذَا غَضِبَ جَاءَتْ حَتَّى تَضَعَ يَدَهَا فِي يَدِ زَوْجِهَا، وَتَقُوْلُ: لاَ أَذُوقُ غَضْمًا حَتَّى تَرْضَى
Artinya: “Maukah aku beritahukan kepada kalian istri-istri kalian penghuni surga? Yaitu istri yang penuh kasih sayang (wadud), banyak anak (walud), selalu kembali kepada suaminya… dan jika suaminya marah, ia mendatangi suaminya seraya berkata: ‘Saya tak kan tidur (akan tenang) sebelum engkau ridha’” (HR. An-Nasai).
Hadis ini menunjukkan istri sholehah selalu mencari cara meredakan konflik dengan cinta dan kebaikan. Sikap penyayangnya ibarat gelandang serang yang menggerakkan permainan tim, menjadikan rumah tangga lebih hangat dan kokoh.
Istri sholehah senantiasa taat kepada suami selagi tidak melanggar syariat. Taat di sini juga berarti menjaga kehormatan dan harta suami saat ia tidak berada di rumah. Al-Qur’an menyebut,
“Wanita-wanita yang salehah ialah yang taat (kepada Allah dan kepada suami) dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada…”. (QS. An-Nisa’: 34)
Artinya, mereka menjaga kepercayaan dan perasaan suami (baik lahir maupun batin). Seorang istri sholehah memahami bahwa ketaatan (seperti mematuhi nasihat suami yang baik) dan menjaga diri dari hal-hal tercela (seperti melepas kewajiban pokok) akan memperkuat fondasi keluarga.
Analogi sepak bola: taat istri ibarat bek tangguh yang disiplin mengikuti instruksi pelatih, menjaga gawang keluarga dari masalah.
Bukan berarti hanya paras cantik, tetapi istri sholehah memancarkan inner beauty yang memikat hati suami. Allah bahkan berfirman bahwa yang dinilai-Nya adalah keindahan hati dan amalan kita, bukan rupa luar semata.
Dengan sifat lembut, sopan santun, dan perawatan diri yang pantas untuk keluarga, istri sholehah bisa membuat suami selalu merasa bangga dan nyaman di sisinya. Rasulullah SAW bersabda:
أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ، اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهَ وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهَ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهَ
Artinya: “Maukah aku beritahukan tentang sebaik-baik harta terpendam seorang lelaki? Yaitu istri sholehah: bila dilihat akan menyenangkannya, bila diperintah ia mentaatinya, dan bila ia pergi (suami tidak ada), ia menjaga dirinya” (HR. Abu Dawud).
Istri sholehah *memanjakan mata* dan hati suami sebagaimana teknik bermain indah memanjakan mata penonton. Sikap menaati (tanpa rasa terpaksa) adalah wujud menghargai peran suami sebagai kapten tim rumah tangga.
Dengan penampilan rapih di rumah dan hati yang bersih, istri sholehah menjadi sumber kebahagiaan tersendiri bagi suami.
Istri sholehah menghargai setiap pemberian suami, sekecil apa pun. Mereka tidak mengeluh atau membanding-bandingkan karunia suami dengan orang lain. Sebaliknya, mereka selalu mengucap syukur agar keberkahan mengalir dalam keluarga. Rasulullah SAW bersabda:
لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لاَ تَسْتَغْنِي عَنْهُ
Artinya: “Allah tidak akan melihat (mengizinkan kebaikan) kepada seorang istri yang tidak bersyukur kepada suaminya padahal ia masih membutuhkannya” (HR. An-Nasa’i).
Hadis ini mengingatkan bahwa kekurangan suami harus diterima dengan lapang dada dan disyukuri. Sikap bersyukur istri ibarat pemain bertahan yang mengapresiasi bek yang memberi umpan – ia tahu kerja sama timlah yang membuat gol tercipta.
Rasa syukur membuat rumah tangga lebih harmonis, karena suami merasa dihargai dan termotivasi untuk terus berbuat baik.
Seorang istri sholehah siap menjadi manajer sekaligus asisten suami di rumah. Ia berusaha melayani kebutuhan suami (termasuk urusan tidur, santai, dan hiburan sederhana di rumah) tanpa mengabaikan tugas agama.
Dalam sebuah hadis dinyatakan, istri tidak boleh berpuasa sunnah ketika suami ada tanpa izinnya:
لاَ يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا حَاضِرٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ
Artinya: “Tidak halal bagi istri berpuasa (sunah) sementara suaminya hadir kecuali dengan izin suami” (HR. Bukhari-Muslim).
Ini menunjukkan betapa serius Islam mengutamakan keharmonisan saat suami hadir di rumah. Istri sholehah bijak mengatur waktunya: selain ibadah wajib, aktivitas lain (termasuk sunah) dipertimbangkan agar suami terlayani.
Bayangkan seorang pelatih yang memberikan strategi matang di bench; begitu pula suami istri harus saling melayani dan mendukung di lapangan kehidupan. Sikap melayani ini menciptakan suasana nyaman dan mencegah offside konflik rumah tangga.
Poin terakhir namun sangat krusial, istri sholehah tak pernah membocorkan urusan rumah tangga kepada orang lain. Ibarat aturan tak tertulis di tim sepakbola, segala dinamika dan kekurangan pasangan harus dijaga rapat. Rasulullah SAW memperingatkan:
فَلاَ تَفْعَلُوا، فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِثْلُ الشَّيْطَانِ لَقِيَ شَيْطَانَةً…
Artinya: “Janganlah lakukan (menyebarkan aib pasangan), karena perbuatan itu seperti setan jantan menemui setan betina di jalan lalu bersetubuh di depan orang banyak” (HR. Ahmad).
Hadis ini mengibaratkan menyebar rahasia rumah tangga sebagai hal tercela. Istri sholehah menjaga amanah suami dan keluarga (misal masalah ekonomi atau kekurangan suami) dengan penuh tanggung jawab.
Istri sholehah memastikan martabat keluarga tetap terjaga di hadapan orang lain. Kepercayaan yang timbul membuat hubungan suami-istri semakin erat untuk meraih kemenangan (keberkahan).
Istri sholehah ibarat bintang lapangan, tetapi tim tetap butuh kapten bijak. Peran suami sangat vital dalam mengarahkan tim keluarga. Suami adalah pemimpin rumah tangga yang bertugas menegakkan keadilan, memberi arahan kebaikan, dan memotivasi istrinya beribadah.
Jika suami juga menjalankan perannya dengan baik – misalnya memberi kasih sayang, toleransi, dan contoh taat dalam beragama – maka keluarga sakinah (tenang) lebih mudah tercapai.
Layaknya strategi sepak bola yang kompak, harmonisasi peran suami-istri mengantarkan rumah tangga kepada kemenangan jangka panjang: surga.
Dengan demikian, seorang suami yang mendukung dan menjemput tanggung jawabnya membuat setiap ciri istri sholehah makin efektif membangun keluarga sakinah. Wallahu alam. (DM)
Baca Juga:
Tinggalkan Balasan