Remaja adalah individu yang berada dalam fase transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Pada periode ini, remaja mulai mencari jati diri melalui interaksi dengan teman sebaya. Interaksi remaja sangat berpengaruh terhadap masa depannya.
Pada masa ini, remaja perlu berusaha keras untuk mempertahankan harga diri dan integritasnya. Mereka harus melawan tekanan yang bertentangan dengan nilai-nilai moral yang dianutnya. Konsistensi dalam menjalankan agama dapat melindungi mereka dari godaan dan pengaruh negatif.
Dalil tentang pergaulan remaja:
يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ ذَكَرٍ وَّاُنۡثٰى وَجَعَلۡنٰكُمۡ شُعُوۡبًا وَّقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوۡا ؕ اِنَّ اَكۡرَمَكُمۡ عِنۡدَ اللّٰهِ اَ تۡقٰٮكُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيۡمٌ خَبِيۡرٌ ١٣
Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (Al-hujurat: 13)
Baca Juga:
Shalat Berjamaah: Hukum, Syarat-syarat, dan Kriteria Menjadi Imam dan Makmum
Dalam hal pergaulan, Al-Qur’an mengajarkan pentingnya solidaritas dalam berinteraksi, namun tetap dengan memegang teguh prinsip ketaqwaan kepada Allah SWT. Sehingga tidak ada alasan untuk melanggar prinsip-prinsip tersebut demi menciptakan solidaritas dengan sesama manusia, baik dengan teman sejenis maupun lawan jenis.
Remaja perlu memahami bahwa pergaulan yang baik adalah yang memperkuat nilai-nilai moral dan menghormati prinsip ketaqwaan kepada Allah SWT. Mereka perlu menjaga harga diri dan integritas mereka, serta tetap konsisten dalam menjalankan agama.
Dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya, remaja harus memilih teman-teman yang baik dan memiliki pengaruh positif. Mereka harus berusaha menghindari teman yang dapat memengaruhi mereka negatif, seperti yang terlibat dalam perilaku merugikan atau melanggar prinsip-prinsip agama.
Dalam pergaulan dengan lawan jenis, remaja perlu menjaga batasan dan mematuhi aturan agama. Mereka harus menghindari perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral yang dianutnya, seperti pacaran di luar pernikahan atau terjerumus dalam hubungan yang tidak sehat.
Baca Juga:
Tuntunan Salat Duha: Niat, Doa, Keutamaan, dan Keajaibannya
Dalam Islam melarang berduaan (khalwat) antara pria dan wanita yang bukan mahram. Larangan ini adalah tindakan antisipatif untuk mencegah dampak negatif dan menjaga kehormatan serta harga diri manusia. Berduaan dengan orang lain adalah bentuk pergaulan bebas yang tidak dibatasi, dan hal ini dapat memunculkan banyak masalah negatif.
Alasan di balik larangan berduaan dalam Islam adalah karena adanya godaan dari setan yang senantiasa menghasut untuk melakukan perbuatan negatif. Oleh karena itu, mayoritas ulama sepakat untuk melarang berdua-duaan, menyentuh, atau bergandengan tangan antara laki-laki dan wanita.
Sabda Nabi SAW:
لِأَنْ يُطْعَنَ فِيْ رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمَخِيْطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لَا تَحِلُّ لَهُ (رواه البيهقي)
Artinya: “Lebih baik bagi salah satu dari kalian ditusukkan di kepalanya dengan jarum besi daripada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya.”
Baca Juga:
Niat Puasa Senin Kamis: Teks dalam Bahasa Arab, Latin, Arti, dan Rahasianya
Hadis ini menggarisbawahi pentingnya menjaga batasan pergaulan antara pria dan wanita dalam Islam. Menyentuh atau memiliki hubungan fisik dengan seseorang yang bukan mahram dapat membawa dampak negatif bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan.
Pesan yang disampaikan dalam hadis ini adalah bahwa menjaga kehormatan, menghormati batasan-batasan agama, dan menjauhi perbuatan yang tidak halal lebih penting daripada kepuasan jasmani yang sementara. Dalam konteks pergaulan remaja.[dlom]
Baca Juga:
Tinggalkan Balasan