SUNGAI LILIN adalah salah satu nama Kota dan juga Kecamatan di Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatra Selatan, Indonesia.
Kota Sungai Lilin berada di lintasan Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) yang sangat padat dengan arus kendaraan lintas antar Sumatera dan Jawa.
Awal Tahun 1900-an dahulu sekali sebelum Indonesia meraih kemerdekaan, Kota SUNGAI LILIN hanyalah rimba belantara, hutan besar dan rawa – rawa belanti atau tanah yang digenangi oleh air namun karena proses alam pasang dan surutnya air laut maka seketika itu juga dapat kering kerontang atau berupa tanah yang labil berlumpur.
Daerah ini banyak kita jumpai pepohonan seperti pohon pulih, pohon nipah, nibung, asem payo, padang ilalang, pohon senduduk, bunga kantung semar, rotan, akar pohon, pohon sari bunting dan pohon kayu lainnya yang sangat beragam di dalam hutan, rawa dan sungainya.
Baca Juga: Rahasia Ir. Soekarno Memilih 17 Agustus sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia
Jangan heran jika anda berada didalam hutan dan bertemu dengan binatang buas seperti ular phyton atau lebih dikenal masyarakat sekitar dengan ular sawo, harimau sumatera, buaya, lintah dan binatang buas lainnya.
Jika kita lihat dari letak geografis daerah Sungai Lilin untuk sebelah barat merupakan marga dawas, daerah sebelah timur adalah marga tenggulang ( tungkal ilir ). kemudian daerah sebelah selatan lebih banyak dijumpai marga letang yang kemudian menjadi marga supat sementara daerah sebelah utara adalah marga tungkal ulu.
Nama sungai lilin di ambil dari sebuah sungai kecil dimana anak sungai dari Sungai Dawas yang terterletak di sebelah barat pusat kota sekarang atau lebih kurang berjarak 2 Kilometer dari Jembatan utama Jalan Raya Lintas Timur Sumatera, arah ke hulu jika di ukur pada tepi sungai dawas.
Alkisah dahulu kala datanglah sekelompok penduduk dari bantaran sungai musi yaitu Muara Telang, Sungsang & Cinta manis palembang dan beliau-beliau ini masih satu kerabat yang beraktivitas dan berprofesi sebagai petani berpindah & nelayan dari daerah asalnya.
Mereka berpindah dari satu tempat ketempat lainnya, ke Sungai Lalan kemudian Sungai Mukud hingga akhirnya mereka tiba ke Sungai lilin dimana kala itu salah satu tetuanya sebagai orang yang memiliki ilmu tinggi, mumpuni sangat di segani yaitu Yai Abdul Manab Bin Kliwon Mudin dimana makam beliau dapat ditemukan di daerah pinang banjar, adapun riwayat serta asal muasal nenek moyang mereka adalah para Priyai & Jawara dari Demak & Banten yang kesemuanya beragamakan Islam & menganut paham Ahlussunnah wal jama’ah yang di bawa oleh para waliyullah yang pada saat ini mulai kami teliti kebenarannya mulai dari segi bahasa yang di pergunakan & situs-situs peninggalan yg masih ada.
Baca Juga: Asal Usul Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN)
Sungai lilin terdiri dari 2 suku kata, yang pertma yaitu suku kata SUNGAI yang bermuara ke sungai dawas, Kemudian yang kedua adalah LILIN ( sarang repo /sarang lebah ) sungai ini belum ada nama ketika itu sungai ini cukup besar sehingga rejung pun (kapal perahu besar) dapat masuk dan berlayar hal ini memang ada bekasnya ( sisa-sia barang yang baru baru ini kami temukan tertera dengan angka Tahun 1786 M, beberapa pecahan piring kuno ) dan jauh sebelum ini pd thn 1960an saat kemarau 9 bulan lebak sungai ini terbakar maka terlihat sisa2 kapal yg tenggelam bahkan ada penduduk masih kerabat dekat kami yg menemukan bekas gentong bom yg terbuat dari besi.
Sungai ini panjangnya lebih kurang 5 s/d 6 km dari muaranya, di hulu sungai inilah berkembang biak lebah (madu repo). Lebah ini sangat berguna bagi orang dahulu bukan sekedar madunya seperti sekaran ini akan tetapi malamnyapun ( dalam bahasa sekarang: sarangnya ) di gunakan untuk di buat lampu dan sarang lebah ini ketika malam hari tiba di bakar jadilah ia penerang di sebut LILIN. sehingga dengan seringnya orang-orang dahulu mengambil madu untuk di konsumsi pengganti gula yang di makan dengan ubi kayu & makanan lainnya mereka juga mengambil lilin ( malam repo) untuk penerang maka jadilah sebuah nama yaitu SUNGAI LILIN seperti sekarang ini, dimana kampung tertuanya adalah dusun KEBUN KELAPA di daerah pasar Sungai Lilini, dusun keduanya adalah Teluk Kemang yang mana diantara dusun 1 & 2 dipisahkan oleh sebatang sungai yang di beri nama SUNGAI PUNGGUR.
Setelah menjadi sebuah perkampungan masuklah beberapa suku yang ada di kepulauan nusantara ini sehingga menjadi masyarakat yang majemuk.
Sri Pajen bin H Yusuf bin Abdul Manab bin Kliwon Mudin sebagai salah satu putra keturunannya mengajak semua komponen yang ada di Sungai lilin, yang berasal dari semua suku manapun kita datang “MARI MEMBANGUN SUNGAI LILIN DAN SEKITARNYA DENGAN KEBERSAMAAN TIDAK SALING MENYALAHKAN APALAGI MENYESATKAN SEMOGA ALLAH RIDHO KEPADA KITA SEMUA” AAMIIN.
Hormat kami untuk semua mewakili keluarga basar Abdul Manab bin Kliwon Mudin : Ust.Sri Pajen HMY.
Terimakasih wallahu a’lam, wassalamu’alaikum wr wb.
Disarikan Dari Sumber: Ust. Sri Pajen HMY.
Berikut ini sekilas video Kota Sungai Lilin dilihat dari atas:
[***]
Tinggalkan Balasan