Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, Senin (5/8), memutuskan untuk mundur dan meninggalkan negara tersebut, setelah ribuan pengunjuk rasa yang menuntutnya mundur menyerbu istana Perdana Menteri di Ibukota Bangladesh, Dhaka.
Melalui aparat keamanan yang diperintahkannya untuk memadamkan protes nasional, akhirnya tak mampu membendung demo yang kian memuncak dengan mendesak perempuan terkuat di negara berpenduduk mayoritas Muslim tersebut. Hampir 100 pendemo tewas berhadapan dengan aparat rezim Hasina.
Menurut beberapa laporan. Keputusan tersebut diambil setelah kekerasan yang paling mematikan sejak negara Asia Selatan itu berdiri lebih dari lima dekade lalu menyebabkan jumlah korban terus meningkat.
Baca Juga: Rahasia Ir. Soekarno Memilih 17 Agustus sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia
Jenderal Waker-Us-Zaman, Kepala Angkatan Darat, mengungkapkan dalam pidato yang disiarkan televisi bahwa Hasina, 76, telah meninggalkan negara tersebut dan pemerintah sementara akan segera dibentuk.
Menurut laporan media, dia terbang menggunakan helikopter militer bersama saudara perempuannya dan sedang menuju India. Saluran televisi CNN News 18 melaporkan bahwa dia telah mendarat di Agartala, ibu kota negara bagian Tripura di timur laut India.
Gambar televisi menunjukkan ribuan orang turun ke jalan-jalan ibu kota Dhaka dengan penuh semangat dan meneriakkan slogan-slogan. Sementara itu, ribuan orang lainnya menyerbu kediaman resmi Hasina, ‘Ganabhaban,’ merusak tempat tersebut, sambil meneriakkan slogan, mengepalkan tangan, dan menunjukkan tanda-tanda kemenangan.
Gambar televisi juga menunjukkan para pengunjuk rasa berkumpul di ruang tamu kediaman tersebut. Beberapa di antaranya bahkan membawa pergi televisi, kursi, dan meja dari salah satu bangunan paling aman di negara itu.
“Dia telah meninggalkan negara ini, meninggalkan negara ini,” teriak mereka.
Para pengunjuk rasa di Dhaka juga memanjat patung besar Sheikh Mujibur Rahman, pemimpin kemerdekaan dan ayah Hasina, dan mulai memahat kepalanya dengan kapak, seperti yang terlihat dalam tayangan tersebut.
Pada Senin, aktivis mahasiswa menyerukan pawai menuju ibu kota Dhaka untuk menentang diberlakukannya jam malam nasional dan mendesak Hasina mundur. Desakan itu muncul setelah bentrokan mematikan di seluruh negeri yang menewaskan hampir 100 orang sehari sebelumnya. Bulan lalu, sekitar 150 orang tewas di tengah pelaksanaan demonstrasi.
Setidaknya enam orang tewas dalam bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa di daerah Jatrabari dan Dhaka Medical College pada Senin (5/8), menurut laporan surat kabar Daily Star. Reuters belum dapat memverifikasi laporan tersebut.
Bangladesh telah dilanda protes dan kekerasan yang meletus pada bulan lalu setelah kelompok mahasiswa mendesak penghapusan sistem kuota yang kontroversial dalam jabatan pemerintahan.
Protes dan kekerasan itu berkembang menjadi kampanye untuk menggulingkan Hasina, yang memenangkan masa jabatan keempat berturut-turut pada Januari melalui pemilihan yang diboikot oleh oposisi.
Nasib Bangladesh setelah Hasina mundur kini tergantung pada panglima militer dan tokoh-tokoh nasional di sana.
Tinggalkan Balasan