15 Sep 2024 19:27 - 5 menit membaca

Keistimewaan Bulan Rabiul Awal: Kelahiran Nabi Muhammad SAW dan Tradisi Peringatan Maulid

Bagikan

Tenggulangbaru.id – Bulan Rabiul Awal merupakan bulan istimewa dalam kalender Hijriyah, karena berbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam, termasuk kelahiran Nabi Muhammad SAW, terjadi pada bulan ini.

Nama “Rabiul Awal” berasal dari bahasa Arab (ربيع الأول) di mana “Rabi’” berarti “musim semi” dan “Awal” berarti “pertama”. Penamaan ini merujuk pada bulan pertama dari dua bulan yang disebut “Rabi’”, yaitu Rabiul Awal dan Rabiul Akhir.

Menurut beberapa sejarawan, nama ini berkaitan dengan kondisi alam saat bulan ini pertama kali ditetapkan, yakni ketika musim semi. Namun, karena kalender Hijriyah didasarkan pada siklus bulan, Rabiul Awal tidak selalu bertepatan dengan musim semi secara aktual.

Meskipun demikian, penamaan ini seolah menggambarkan makna musim semi yang sebenarnya, karena kelahiran Nabi Muhammad SAW yang membawa “musim baru” bagi umat manusia.

Peristiwa Besar dalam Bulan Rabiul Awal

Bulan Rabiul Awal merupakan salah satu bulan penting dalam sejarah Islam karena sejumlah peristiwa besar terjadi di dalamnya. Berikut adalah beberapa peristiwa yang menjadikan bulan ini sangat bermakna bagi umat Islam:

1. Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW lahir pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (sekitar 571 M). Kelahiran beliau merupakan peristiwa terpenting bagi umat Islam, karena beliau diutus sebagai nabi terakhir untuk membawa risalah Islam.

Informasi tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW banyak dibahas dalam kitab-kitab sejarah dan hadis, seperti dalam Tarikh karya Ibnu Hisyam. Selain itu, kitab Ar-Rahiq Al-Makhtum karya Safiur Rahman Al-Mubarakfuri juga merinci bagaimana kelahiran Rasulullah SAW membawa cahaya dan petunjuk bagi seluruh umat manusia.

2. Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah

Peristiwa penting lainnya adalah hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Meskipun hijrah dimulai pada bulan Safar, Nabi tiba di Madinah pada bulan Rabiul Awal. Peristiwa ini menandai awal dari penyebaran Islam secara lebih luas dan pembentukan masyarakat Islam di Madinah, yang kemudian menjadi titik balik dalam perkembangan peradaban Islam.

3. Wafatnya Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW wafat pada 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriyah, bertepatan dengan hari kelahirannya. Wafatnya Rasulullah SAW merupakan peristiwa yang sangat menyedihkan bagi umat Islam, karena mereka kehilangan sosok panutan dan pembimbing yang selalu menunjukkan jalan kebaikan. Namun, wafatnya Rasulullah SAW juga dianggap sebagai kebaikan, sebagaimana sabdanya:

حَيَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ وَمَمَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ، تُحْدِثُونَ وَيُحْدَثُ لَكُمْ، تُعْرَضُ أَعْمَالُكُمْ عَلَيَّ، فَإِنْ وَجَدْتُ خَيْرًا حَمِدْتُ اللهَ، وَإِنْ وَجَدْتُ شَرًّا اسْتَغْفَرْتُ اللهَ لَكُمْ.

“Hidupku adalah baik bagi kalian, dan wafatku pun baik bagi kalian. Kalian akan melakukan hal-hal baru dan berbagai peristiwa baru akan terjadi bagi kalian. Amal perbuatan kalian akan diperlihatkan kepadaku; jika aku menemukan kebaikan, aku memuji Allah; dan jika aku menemukan keburukan, aku memohon ampun kepada Allah untuk kalian.”

(Hadis diriwayatkan oleh Al-Hafidh Isma’il Al-Qadli dalam Juz’u al-Shalati ‘ala al-Nabiyi. Al-Haitsami juga menyebutkannya dalam Majma’ Al-Zawaid dan mengategorikannya sebagai hadis shahih).

Hadis ini menunjukkan kepedulian Nabi Muhammad SAW yang luar biasa terhadap umatnya, baik ketika beliau masih hidup maupun setelah wafat.

Tradisi Umat Islam dalam Bulan Rabiul Awal

Ratusan anak yatim bersama jamaah zikir makan bersama pada acara Maulid Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan oleh Majelis Zikrullah Aceh, di Kompleks Taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh, merupakan salah satu bentuk perayaan Maulid Nabi. (SERAMBI/BUDI FATRIA) 

Bulan Rabiul Awal, terutama pada tanggal 12, menjadi momen penting yang diperingati oleh sebagian besar umat Islam, khususnya dalam bentuk Maulid Nabi. Peringatan Maulid Nabi bertujuan untuk mengenang kehidupan Rasulullah SAW dan mengambil pelajaran dari ajaran-ajaran beliau.

Di berbagai belahan dunia, khususnya Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Afrika, umat Islam memperingati Maulid Nabi dengan berbagai cara, seperti pembacaan syair-syair pujian kepada Nabi, shalawat, ceramah keagamaan, serta dzikir dan doa bersama. Di Indonesia, perayaan Maulid Nabi sering dilakukan dengan pembacaan kitab Maulid seperti *Al-Barzanji, Ad-Diba’i, Syaraful Anam, dan Simtuddurar. Tradisi ini biasanya diperkaya dengan kearifan lokal yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik daerah, sebagai wujud syukur dan kebahagiaan atas kelahiran Nabi.

Selain itu, beberapa orang juga mengkhususkan diri dengan membaca kitab-kitab tebal yang berisi Sirah Nabawiyah, seperti Syamail Muhammadiyah karya Imam At-Tirmidzi, Tarikh Ibnu Hisyam karya Ibnu Hisyam, As-Syifa’ karya Qadhi Iyadh, dan Al-Wafa bi Ahwalil Musthafa karya Ibnu Al-Jauzi. Kitab-kitab ini merupakan referensi penting dalam memahami kehidupan dan akhlak Nabi Muhammad SAW.

Banyak ulama, baik klasik maupun kontemporer, menekankan keutamaan bulan Rabiul Awal, terutama terkait kelahiran dan kehidupan Nabi Muhammad SAW. Peringatan Maulid Nabi dianggap sebagai bentuk syukur atas karunia terbesar, yaitu diutusnya Rasulullah SAW.

Demikian ini menjadi alasan utama mengapa menghidupkan bulan Rabiul Awal dengan ibadah dan perayaan Maulid menjadi penting sebagai bentuk penghormatan kepada Nabi.

Meskipun dari perspektif hadis tidak ada dalil yang secara eksplisit memerintahkan perayaan Maulid, beberapa hadis mengisyaratkan pentingnya mengingat dan mengagungkan Nabi Muhammad SAW. Salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi:

مَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الْجَنَّةِ 

“Barang siapa mencintaiku, ia akan bersamaku di surga.” (HR. At-Tirmidzi).

Hadis ini sering digunakan sebagai landasan bahwa mencintai Nabi adalah bagian dari keimanan, dan memperingati hari kelahiran beliau merupakan salah satu bentuk cinta itu.

Dalam riwayat lain disebutkan:

مَنْ أَحْيَا سُنَّتِي فَقَدْ أَحَبَّنِي وَمَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الْجَنَّةِ 

“Barang siapa menghidupkan sunnahku, berarti dia mencintaiku, dan barang siapa mencintaiku, maka dia akan bersamaku di surga.” (HR. At-Tirmidzi).

Lebih lanjut, dalam hadis lain, Nabi SAW pernah ditanya tentang puasa hari Senin, dan beliau menjawab:

فِيهِ وُلِدْتُ وَفِيهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ 

“Pada hari itu aku dilahirkan, dan pada hari itu (Al-Quran) diturunkan kepadaku.” (HR. Muslim).

Hadis ini menunjukkan bahwa puasa yang dilakukan Rasulullah SAW pada hari Senin merupakan bentuk penghormatan dan syukur atas hari kelahirannya. Demikian pula, perayaan Maulid Nabi di berbagai belahan dunia merupakan ekspresi rasa hormat, syukur, dan kebahagiaan atas kelahiran beliau.

Dengan demikian, bulan Rabiul Awal memiliki banyak keutamaan, baik dari segi sejarah, spiritualitas, maupun tradisi. Peristiwa penting seperti kelahiran dan wafatnya Rasulullah SAW menjadikan bulan ini sebagai momen istimewa untuk memperbanyak ibadah dan memperkuat cinta kepada Nabi.

Para ulama dari masa klasik hingga kontemporer, telah menjelaskan secara mendalam mengenai keutamaan bulan ini, menjadikannya waktu yang penuh dengan nilai spiritual tinggi bagi umat Islam. Perayaan Maulid Nabi adalah salah satu cara untuk menghormati dan mengenang Rasulullah SAW, sehingga tidak pantas jika ada yang mempertanyakan pentingnya merayakan Maulid. (DM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Recent Posts

Klasemen

- - Gempa bumi dengan Magnitudo 6,4 mengguncang Gorontalo, BMKG: Akibat Gesekan Lempeng Sangihe