Tenggulangbaru.id – Sifat sombong adalah salah satu sifat tercela yang sering kali muncul tanpa disengaja. Merasa paling benar, ingin dihormati, disanjung, dan diakui keberadaannya adalah sifat alami manusia.
Namun, ketika sifat ini berlebihan dan tidak terkendali, maka ia dapat mengarah pada perilaku yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Islam mengajarkan umatnya untuk memiliki akhlak yang baik dan menjauhi sifat-sifat buruk, termasuk kesombongan. Akhlak yang baik menjadi kunci hubungan harmonis dalam kehidupan sosial, khususnya bagi seorang Muslim yang ingin menjalankan ajaran Rasulullah SAW.
Sifat sombong adalah kondisi di mana seseorang merasa dirinya lebih unggul daripada orang lain, sering kali meremehkan dan memandang rendah pada orang lain. Rasulullah SAW memperingatkan bahwa sifat sombong dapat menghalangi seseorang dari surga.
Kesombongan menciptakan jarak antara individu dan orang di sekitarnya. Orang yang sombong cenderung sulit menjalin hubungan harmonis.
Islam menganjurkan umatnya untuk bersikap rendah hati, sebagaimana Rasulullah SAW menjadi teladan dalam akhlak mulia.
Seseorang yang sombong sulit menerima kritik dan masukan, sehingga pertumbuhan pribadi dan spiritualnya terhambat.
Syaikh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nashoihul ‘Ibad mengutip petuah Syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani tentang cara meninggalkan sifat sombong.
Berikut beberapa langkah yang bisa diterapkan:
Ketika bertemu orang lain, yakinkan diri bahwa orang tersebut lebih baik di sisi Allah SWT. Bisa jadi, ia memiliki amal atau kelebihan yang tidak kita miliki.
Jika bertemu anak kecil, katakan pada diri sendiri bahwa ia lebih baik karena belum melakukan dosa, sedangkan kita sudah banyak berbuat salah.
Saat bertemu orang yang lebih tua, anggaplah mereka memiliki lebih banyak pengalaman dan ibadah kepada Allah SWT dibandingkan kita.
Jika bertemu dengan orang berilmu, sadari bahwa ia mengetahui hal-hal yang belum kita ketahui. Ilmu yang dimilikinya dapat membawanya kepada amal yang lebih baik.
Ketika bertemu dengan orang yang kurang ilmunya, ingatkan diri bahwa mungkin mereka bermaksiat karena ketidaktahuan, sedangkan kita sering bermaksiat meski sudah tahu.
Jika bertemu dengan non-Muslim, ingatkan diri bahwa bisa saja ia mendapat hidayah di akhir hayatnya, sementara kita belum tentu memiliki akhir yang baik.
Ketika kita cenderung menilai dan menghakimi orang lain, ingatlah bahwa ada empat jari yang menunjuk ke diri kita sendiri. Hal ini menjadi pengingat bahwa kita juga penuh dengan kekurangan. Fokuslah pada perbaikan diri daripada mencari-cari kesalahan orang lain.
Meninggalkan sifat sombong membutuhkan kesadaran dan usaha terus-menerus. Dengan menyadari kekurangan diri, menghormati orang lain, dan selalu bersikap rendah hati, kita dapat menjauhi sifat ini.
Seperti yang diajarkan Rasulullah SAW, orang yang paling mulia di sisi Allah SWT adalah mereka yang bertakwa dan memiliki akhlak yang baik. Wallahu alam. (DM)
Tinggalkan Balasan