Prof. Salim Said Meninggal Dunia, Tokoh Pers dan Perfilman juga Duta Besar RI

By 1 tahun lalu 6 menit membaca

Prof. Salim Said, tokoh pers dan perfilman nasional yang juga pernah bertugas sebagai Duta Besar RI untuk Republik Ceko, meninggal dunia setelah sempat dirawat di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Sabtu (18/05) pukul 19.33 WIB.

Kabar meninggalnya Prof. Salim Said dikonfirmasi oleh istrinya, Herawaty, dalam pesan singkat yang diterima sejumlah wartawan di Jakarta, Sabtu.

Dalam pesan yang sama disebutkan jasad almarhum Prof. Salim Said disemayamkan malam ini di rumah duka di Jalan Redaksi Nomor 149, Kompleks Wartawan PWI, Cipinang, Jakarta Timur.

Jasad almarhum, menurut sumber yang sama, rencananya akan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, pada Minggu siang (19/05).

 

 

Profil Singkat Prof Salim Said

 
Profil Prof Salim Said
Nama Lengkap Salim Haji Said
Tempat, Tanggal Lahir Parepare, 10 November 1943
Pekerjaan Akademisi, Penulis, Pengamat, Kritikus
Warga Negara Indonesia
Pasangan Herawaty
Tutup Usia Sabtu, 18 Mei 2024, 19.33 WIB

 

Nama Profesor Salim Haji Said mungkin sudah familier di telinga, terutama jika anda suka menyaksikan program ILC (Indonesia Lawyers Club) di TVOne. Namun, sudah tahukah anda mengenai biografi Prof Salim Said yang ternyata punya pengalaman karier di berbagai bidang dan pernah jadi seorang Duta Besar (Dubes).

Pada 1970-an, pria kelahiran 1943 ini mengawali karier dengan bekerja sebagai wartawan. Ia tidak hanya menyetor berita, tetapi juga banyak menulis resensi film. Kepiawaiannya dalam menulis sempat mengantarkannya menjadi redaktur di majalah Tempo pada 1980-an.

Sejak itu, ia dikenal pula sebagai seorang penulis yang hingga 2016 masih aktif merilis buku. Pria yang pernah jadi anggota Dewan Film Nasional ini juga sempat menjabat ketua Dewan Kesenian Jakarta (1990–1998).

Selain di dunia kepenulisan, di kancah perpolitikan, Salim Said pernah pula menjabat jadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada periode tahun 1998–1999. Pengalamannya itu diapresiasi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, hingga pada 2007 ia ditunjuk jadi Dubes RI di Republik Ceko.

Meski sudah lama malang melintang di dunia politik, popularitasnya bisa dibilang baru menanjak setelah muncul di ILC. Melalui program tersebut, ia menunjukkan kemampuannya dalam menganalisis situasi dan kondisi politik di Indonesia. 

 

1. Masa Kecil

Semasa kecil, konon pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan ini suka sekali dengan olahraga sepak bola. Sayang, ayahnya tidak mendukung hal itu dan kerap menolak jika Salim Said meminta dibelikan bola sepak.

Walau demikian, ada satu permintaan yang hampir selalu dituruti oleh sang ayah tak peduli apa pun kondisinya, yaitu ketika Salim meminta dibelikan buku. Pada akhirnya, Salim jadi hobi membaca dan lancar menulis.

Menginjak remaja, kemampuan menulisnya meningkat. Ia jadi rajin mengarang cerita dan mengirimkan tulisannya ke media massa. Tak sedikit karyanya yang pada masa itu dimuat di koran maupun majalah.

 

2. Pendidikan Tinggi

Tak hanya kemampuan menulis, karier Salim Said juga didukung oleh tingkat pendidikan tinggi yang ditempuhnya. Pada tahun 1964–1965, ia bersekolah di Akademi Teater Nasional Indonesia. Kemudian, tahun 1966 dirinya sempat kuliah di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI).

Akan tetapi, ia tidak menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Psikologi dan justru pindah jurusan. Ia pindah kuliah di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI, dan berhasil meraih gelar sarjana pada 1976.

Begitu selesai S1, ia memilih untuk melanjutkan studi ke luar negeri, tepatnya di Ohio State University, Amerika Serikat. Di sana ia meraih tiga gelar sekaligus, yaitu magister Hubungan Internasional dan Ilmu Politik, dan doktor Ilmu Politik.

 

Sumber @tvOneNews
Sumber @tvOneNews

 

Perjalanan Karier

 

1. Karier Jurnalistik

Karier pertama Prof Salim Said adalah sebagai jurnalis. Dulunya, ia adalah wartawan di majalah Tempo yang hingga tahun 1987 juga menjabat sebagai redaktur.

Selain Tempo, ia juga pernah menjadi wartawan dan redaktur di Pelopor Baru. Pada periode yang sama, Salim sempat pula menjadi jurnalis untuk Angkatan Bersenjata. Sayang, tidak banyak yang mengupas mengenai kariernya di media tersebut.

 

2. Karier Politik

Di kancah politik, Salim Haji Said pernah menjadi anggota MPR periode tahun 1998–1999. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 2007, ia ditunjuk oleh Presiden SBY sebagai Duta Besar RI untuk Republik Ceko.

Menariknya, ia merupakan orang pertama di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Ceko kala itu. Pasalnya, Ceko baru saja memisahkan diri dari Cekoslowakia dan resmi menjadi negara sendiri.

Dengan begitu, Salim mengemban tugas penting dalam meningkatkan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Ceko. Segera setelah dilantik, ia langsung melaksanakan tugas dan menggagas sejumlah program untuk mengatasi permasalahan sosial, ekonomi, dan kebudayaan.

Hal pertama yang dilakukan ialah mengenalkan Indonesia kepada masyarakat Ceko melalui pentas budaya. Desember 2007, KBRI di Ceko menghelat Festival Film Indonesia di mana Salim menyampaikan pidato berisi rasa syukur atas pelantikannya.

Melansir Antara News, ia mengungkapkan bahwa dirinya siap melaksanakan tugas semaksimal mungkin karena tidak ingin menyia-nyiakan kepercayaan yang telah diberikan presiden. “Saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan dan kepercayaan presiden,” begitu ujarnya.

 

3. Karier sebagai Kritikus dan Pengamat

Prof Salim Said dikenal pula sebagai kritikus film lantaran sering menulis resensi. Seperti disebutkan sebelumnya, ia merupakan anggota dari Dewan Film Nasional. Ia juga mantan ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) yang sering diundang dalam acara-acara diskusi bertemakan film, sejarah, sosial, dan politik.

Turut terlibat dalam diskusi politik membuatnya dilabeli pula sebagai seorang pengamat andal. Ia banyak mengeluarkan pernyataan kritis terhadap pemerintah terkait situasi dan kondisi politik, termasuk jalannya pemerintahan.

 

4. Karier Jadi Akademisi

Walau sudah mencicipi hidup jadi politisi dan pengamat politik, pria ini tidak melupakan gelar profesor yang diraihnya. Nyatanya, ia masih peduli dan berkontribusi besar terhadap dunia pendidikan dengan menjadi pengajar di sejumlah universitas di dalam maupun luar negeri.

Tahun 1987–1990, Prof Salim Said menjadi dosen di Sekolah Ilmu Sosial Jakarta. Kemudian pada 1994, ia mengajar di FISIP UI. Berikutnya, pada 1997 Salim Said pernah jadi dosen tamu di Universiti Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia. Tahun 1999, ia juga dipercaya jadi dosen tamu Thammasat University, Bangkok, Thailand.

Gelarnya sebagai akademisi tak berhenti sampai di situ. Pasalnya, ia merupakan seorang guru besar Ilmu Politik di Universitas Pertahanan Indonesia (UNHAN), yang hingga 2019 diketahui masih membagikan ilmunya di sana.

 

Buku-Buku yang Pernah Ditulis

Karier Prof Salim Haji Said di dunia kepenulisan tercatat banyak menelurkan karya fiksi maupun nonfiksi. Tulisan-tulisannya seputar sastra juga pernah dimuat di Mimbar Indonesia, Horison, Bahasa dan Budaya, serta Budaya Jaya.

Beberapa buku tentang perfilman juga pernah ditulisnya. Misalnya saja yang berjudul Dari Festival ke Festival: Film-Film Mancanegara dalam Pembicaraan (1994); Pantulan Layar Putih: Film Indonesia dalam Kritik dan Komentar (1991); dan Profil Dunia Film Indonesia (1982).

Selain itu, ia juga banyak menulis buku bernuansa politik, yang sebagian besar berbicara tentang era reformasi dan kepemimpinan Soeharto. Sejumlah buku berkaitan hal tersebut yang pernah ditulisnya, yaitu Militer Indonesia dalam Politik (2001); Tumbuh dan Tumbangnya Dwifungsi: Perkembangan Pemikiran Politik Militer Indonesia 1958–2000 (2002); serta Dari Gestapu ke Reformasi: Serangkaian Kesaksian (2013).

Tak lama setelahnya, ia kembali merilis buku bertajuk Gestapu 65: PKI, Aidit, Sukarno, dan Soeharto (2015). Setahun kemudian, tepatnya pada 2016, Salim meluncurkan buku lain yang berjudul Menyaksikan 30 Tahun Pemerintahan Otoriter Soeharto.

 

Jadi Panelis ILC

Prof Salim Said saat jadi Panelis ILC
Prof Salim Said saat jadi Panelis ILC (Sumber: Kepogaul.com)

Popularitas Prof Salim Said semakin melejit hingga namanya sampai ke telinga generasi milenial. Barangkali, salah satu sebabnya ialah kemunculannya sebagai salah satu panelis ILC yang kerap memberikan pernyataan-pernyataan keren dan mengena.

Sejak bergabung dengan ILC, ia memang terbilang sering dimintai pendapat terkait persoalan politik dan pemerintahan. Tak jarang, ia juga memprediksi sikap-sikap politik yang mungkin dilakukan pemerintah dalam mengatasi persoalan kenegaraan yang timbul. Tentunya, hal itu tergantung dari tema yang tengah diusung di setiap episode.

Sampai suatu ketika, video dirinya membuat pernyataan yang berbicara tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di sebuah episode ILC. Awal 2019, video itu membuat nama Salim Said jadi buah bibir kaum milenial di jejaring sosial.[***]

BACA ARTIKEL MENARIK LAINNYA:

___________________
Agar anda tidak ketinggalan informasi terbaru di Tenggulangbaru.id, anda bisa join di Channel WA Tenggulangbaru.id dengan KLIK DI SINI. Selain itu Anda dapat menyimak update berita lainnya di tenggulangbaru.id dengan mengakses Google News.
___________________

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Recent Posts

Recent Comments

x
x
Prof. Salim Said Meninggal Dunia, Tokoh Pers dan Perfilman juga Duta Besar RI
Menu
Cari
Bagikan
Lainnya
0%