Rekor Suhu Panas di Seluruh Asia Tenggara atau ASEAN selama akhir Pekan

By 2 tahun lalu 6 menit membaca

Rekor suhu tercipta di seluruh Asia Tenggara atau ASEAN selama akhir pekan ini, saat wilayah tersebut mengalami gelombang panas selama seminggu, yang telah membawa kesengsaraan bagi jutaan orang. Suhu tertinggi sepanjang masa tercatat di Vietnam, Laos, dan ibu kota Thailand, Bangkok, di mana panasnya diperparah oleh musim kabut asap yang intens yang menyebabkan tingkat polusi melonjak.

Baca Juga:
China vs Indonesia Matchday 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia

Sejumlah kota di Asia Tenggara mulai mengalami suhu panas yang tinggi selama akhir pekan, dengan beberapa daerah mencapai titik tertinggi dalam sejarah karena perubahan iklim global meningkatkan gelombang panas dan polusi udara di wilayah tersebut.

Melansir CNBC Indonesia, Selasa (16/5/2023) suhu di Tuong Duong, sebuah kota di Vietnam, mencapai rekor tertinggi, 111,6 derajat Fahrenheit (44,2 derajat Celsius) pada Minggu (14/5), menurut Pusat Peramalan Hidro-Meteorologi Nasional Vietnam.

Luang Prabang, sebuah kota di Laos, juga mengalami rekor suhu panas tertinggi 110,3 derajat Fahrenheit (43,5 derajat Celcius) pada Sabtu (13/5), menurut Departemen Meteorologi Thailand.

Ada juga Bangkok, ibu kota Thailand, yang mengalami rekor suhu tertinggi 105,8 derajat Fahrenheit (41 derajat Celcius) selama akhir pekan.

Di hari yang sama, suhu panas di Singapura juga mencapai 98,6 derajat Fahrenheit (37 derajat Celcius), menyamai rekor sepanjang masa, yang tercatat 40 tahun lalu, menurut Badan Lingkungan Nasional negara itu.

Baca Juga:
Hasil Timnas Indonesia vs Thailand pada Final SEA Games 2023, Skor 5-2

Asia Tenggara meruapakan salah satu kawasan yang paling rentan terhadap perubahan iklim, yang memicu gelombang panas yang lebih sering dan parah serta memperburuk polusi udara,

Kombinasi panas ekstrem dan tingkat kabut asap yang tinggi di kawasan tersebut telah memperburuk risiko penyakit terkait panas serta masalah pernapasan dan kardiovaskular.

Suhu yang sangat panas tahun ini dapat dikaitkan dengan berbagai masalah, termasuk curah hujan yang lebih rendah selama musim dingin dan El Nino, yang dikenal sebagai pola cuaca yang biasanya membawa kondisi yang lebih panas dan kering ke wilayah tersebut.

Bulan-bulan terpanas di Asia Tenggara biasanya terjadi dari bulan Maret hingga Mei selama musim kemarau, saat suhu sering mencapai di atas 100 derajat Fahrenheit (38 derajat Celcius). Musim kemarau di kawasan ini biasanya berakhir dengan dimulainya musim hujan, yang membawa suhu dan curah hujan yang lebih dingin.

Baca Juga:
Timnas Indonesia U-22 vs Vietnam pada Semifinal SEA Games 23, Garuda Nusantara Lolos Ke Final

 

Para peneliti di University of Bristol telah menunjukkan bahwa panas ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya dikombinasikan dengan kerentanan sosial ekonomi menempatkan sejumlah wilayah tertentu dalam bahaya. (Foto: Pixabay)
Namun, sebuah studi tahun 2022 lalu dari jurnal Communications Earth & Environment memperingatkan tingkat panas yang berbahaya diperkirakan akan terjadi antara tiga dan 10 kali lebih sering pada akhir abad ini.

Daerah tropis, termasuk sebagian besar Asia, dapat menghadapi suhu yang dua kali lipat dari hari “panas yang sangat berbahaya” yaitu 124 derajat Fahrenheit (51 derajat Celcius), menurut penelitian tersebut.

Seperti diketahui, kawasan Asia menghadapi banyak bencana termasuk banjir, kekeringan dan angin topan selain meningkatnya panas dan kelembapan.

Secara global, tahun 2022 digolongkan sebagai salah satu tahun terpanas dalam sejarah karena panas lautan meningkat dan lapisan es laut di Antartika mencair hingga mendekati rekor terendah, menurut data pemerintah AS.

Baca Juga:
Hasil Timnas Kamboja U-22 vs Timnas Indonesia U-22 pada SEA Games 2023, Skor 1-2

 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan/Istimewa.
Indonesia akan memasuki masa kekeringan pada Mei 2023. Kekeringan atau El Nino ini menjadi siklus alam yang harus dihadapi setelah dalam bebera tahun Indonesia dilanda La Nina atau curah hujan tinggi. Namun demikian, Menko Luhut mengaku sudah memiliki senjata dalam menghadapi El Nino ini.

Menko Luhut menjelaskan, El Nino ini akan membuat produksi pangan terdampak sehingga sangat berpotensi meningkatkan angka inflasi. Hal inilah yang diminta oleh Menko Luhut untuk diantisipasi.

“Saya meminta seluruh K/L terkait juga pemerintah daerah untuk mulai bersiap sejak dini, memperhitungkan segala langkah yang mesti ditempuh agar pengalaman buruk delapan tahun lalu tidak terulang kembali. Setidaknya sejak saat ini kami menyiapkan teknologi modifikasi cuaca sebagai senjata menghadapi El Nino,” katanya dalam unggahan di akun Instagram pribadinya @luhut.pandjaitan, dikutip Jumat (28/4/2023).

Menko luhut juga menambahkan, tingginya suhu udara di sejumlah wilayah Indonesia juga sebagai tanda dari mulaid atangnya El Nino.

Mengutip laman Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) RI, El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.

Pemanasan yang terjadi pada SML akan meningkatkan risiko pertumbuhan awan untuk area Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di Indonesia. Secara singkat, El Nino akan menyebabkan kekeringan secara umum.

Menurut LindungiHutan, fenomena El Nino sendiri dapat disebabkan oleh banyak hal. Seperti garis khatulistiwa, interaksi laut-atmosfer, sirkulasi walker atau tinggi rendahnya tekanan udara di wilayah tertentu, hingga angin monsoon.

Para ilmuwan sejak lama memperingatkan bahwa gelombang panas akan menjadi lebih buruk, karena dampak krisis iklim yang disebabkan oleh manusia semakin cepat.

Menurut pengamat cuaca, Maximiliano Herrera, di Vietnam, suhu mencapai44,2derajat Celcius (sekitar 111,6 Fahrenheit) pada hari Sabtu (6/5) di distrik utara Tuong Duong, merupakan suhu tertinggi yang pernah tercatat di negara tersebut.

Herrera menambahkan, di negara tetangga Vietnam, Laos, tepatnya di KotaLuang Prabang mencapai suhu 43,5derajat Celcius (110,3 Fahrenheit) pada hari Sabtu (6/5), memecahkan rekor nasional 42,7 derajat Celcius (108,9 Fahrenheit) yang baru ditetapkan bulan lalu.

Ibu kota Laos, Vientiane, juga memecahkan rekor sepanjang masa akhir pekan ini dengan suhu 42,5 derajat Celcius (108,5 Fahrenheit). Sementara itu di Thailand, hari Sabtu (8/5) terjadi suhu terpanas yang tercatat di Bangkok yakni 41 derajat Celcius (105,8 Fahrenheit).

Baca Juga:
Kirab Juara SEA Games 2023 Berlangsung Meriah, Bentuk Terima Kasih kepada Pejuang Olahraga

 

Berdasarkan data dari Departemen Meteorologi Thailand, Herrera membeberkan, Bangkok termasuk di antara sebagian besar wilayah di Thailand yang menderita suhu di atas 30-an hingga rendah 40-an Celcius sejak akhir Maret 2023. Pada pertengahan April 2023, kota barat laut, Tak, menjadi tempat pertama di negara itu yang mencapai 45 derajat Celcius (113 Fahrenheit).

Bulan lalu, Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha menyatakan keprihatinan atas “suhu tinggi yang berbahaya di berbagai bagian Thailand.”

April dan Mei biasanya merupakan bulan-bulan terpanas dalam setahun untuk Asia Selatan dan Tenggara, karena suhu naik sebelum hujan muson tahunan.

Suhu di seluruh wilayah diperkirakan akan kembali mendekati rata-rata dalam beberapa hari mendatang, tetapi peristiwa panas yang belum pernah terjadi sebelumnya menjadi lebih umum seiring dengan meningkatnya krisis iklim.

Sebuah studi tahun 2022menentukan bahwa gelombang panas yang berbahaya, pada suhu 39,4 derajat Celcius (103 derajat Fahrenheit) ke atas, akan terjadi antara tiga hingga 10 kali lebih sering pada pergantian abad.

Baca Juga:
Jadwal Siaran Langsung Sepak Bola Hari Ini, 10 – 18 Mei 2023

Di daerah tropis, yang meliputi sebagian besar wilayah Asia,penelitian ini menemukan bahwa hari-hari “panas yang sangat berbahaya”, yang didefinisikan bisa mencapai 51 derajat Celsius (124 Fahrenheit) hingga dapat berlipat ganda, sehingga membahayakan populasi negara yang terkena dampak.

“Menurut definisi, kita tidak tahu apa yang bisa terjadi jika populasi besar terpapar tekanan panas dan kelembapan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tetapi, gelombang panas dalam beberapa dekade terakhir telah terjadi. Sangat mematikan dan ada penyebab serius yang perlu dikhawatirkan di masa depan,” jelas penulis utama studi Lucas Vargas Zeppetello dari Harvard University seperti di kutip dari CNN.

Baca Juga:

___________________
Agar anda tidak ketinggalan informasi terbaru di Tenggulangbaru.id, anda bisa join di Channel WA Tenggulangbaru.id dengan KLIK DI SINI. Selain itu Anda dapat menyimak update berita lainnya di tenggulangbaru.id dengan mengakses Google News.
___________________

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Recent Posts

x
x
Rekor Suhu Panas di Seluruh Asia Tenggara atau ASEAN selama akhir Pekan
Menu
Cari
Bagikan
Lainnya
0%