
Tenggulangbaru.id – Pada Kamis (23/10/2025) di Jakarta, UMKM BISA Ekspor berhasil mencatat transaksi senilai USD 108,82 juta (~Rp 1,8 triliun) hingga akhir September 2025, yang terdiri dari USD 55,95 juta pembelian terkonfirmasi dan USD 52,86 juta potensi melalui nota kesepahaman.
Langkah ini menjadi tonggak tersendiri dalam mendorong produk-UMKM Indonesia masuk pasar ekspor dan memperkuat industri kreatif nasional.
Program yang dikelola oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia melaksanakan 501 kegiatan business-matching melibatkan 1.013 UMKM sepanjang Januari–September 2025. Dari kegiatan tersebut tercatat lebih dari 312 presentasi produk (product pitch) dan 150 pertemuan langsung dengan pembeli asing.
Produk-produk yang paling banyak diminati meliputi kayu, makanan & minuman, kakao, kopi, body-care, rempah-rempah, busana muslim, furnitur, perikanan, kesehatan, hingga olahan kelapa.
Kampanye pendukung seperti Bangga Buatan Indonesia, Belanja di Indonesia Saja, dan Kamis Pakai Lokal turut dirancang untuk meningkatkan kebanggaan dan konsumsi produk domestik.
Menteri Perdagangan Budi Santoso menyebut bahwa upaya perluasan pasar ekspor meliputi Uni Eropa, Rusia, Kazakhstan, Tajikistan, dan Tunisia — menunjukkan diversifikasi pasar yang makin kuat.
23 Oktober 2025, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Iqbal Shoffan Shofwan menyampaikan angka transaksi tersebut dalam acara peringatan ke-X Himpunan Pengusaha Muda Muslim Indonesia (HIPKA) di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta.
Iqbal menyatakan: “Program UMKM BISA Ekspor menunjukkan hasil yang nyata. Ini membantu menjaga stabilitas ekonomi domestik, memperkuat posisi global, dan berkontribusi pada pertumbuhan nasional.”
Menteri Budi Santoso menambahkan bahwa pameran UMKM BISA Ekspor Pavilion di ajang Trade Expo Indonesia ke-40 menjadi platform bagi 20 produk unggulan dari sektor kreatif, manufaktur, dan primer untuk menembus pasar internasional.
Peningkatan ekspor UMKM bukan hanya angka—ini menunjukkan dinamika baru dalam perekonomian Indonesia di mana pelaku kecil-menengah mendapatkan akses lebih besar ke pasar global.
Dengan transaksinya mencapai USD 108,8 juta hanya dalam kurun waktu sebagian tahun, program ini memberikan sinyal bahwa produk lokal punya daya saing dan diversitas kuat.
Selain itu, dalam era tekanan ekonomi global—ketidakpastian pasar ekspor utama, fluktuasi harga komoditas—penguatan UMKM menambah lapisan ketahanan ekonomi nasional.
Peluang:
Diversifikasi pasar ke kawasan non-tradisional (Eropa, Eurasia, Afrika) akan mengurangi risiko pasar yang terlalu terkonsentrasi.
Produk kreatif dan olahan nilai tambah (furnitur, fashion, body-care) menunjukkan potensi margin yang lebih tinggi dibanding komoditas mentah.
Kampanye nasional meningkatkan kesadaran merek lokal, yang bisa memicu efek jangka menengah terhadap ekspor.
Hambatan:
UMKM sering menghadapi kendala kapasitas produksi, standar internasional, logistik ekspor, serta akses pembiayaan—yang harus terus dibenahi.
Persaingan global makin ketat: produk dari negara lain juga gencar masuk pasar yang sama, sehingga diferensiasi dan kualitas jadi kunci.
Nilai USD 108,8 juta masih relatif kecil dibanding skala ekspor nasional secara keseluruhan, yang berarti program ini masih tahap penumbuhan, bukan skala besar.
Bagi UMKM: pembukaan akses pasar ekspor berarti potensi kenaikan pendapatan, penciptaan lapangan kerja lokal, dan peningkatan kapasitas manajemen bisnis.
Bagi ekonomi nasional: diversifikasi eksportir kecil-menengah memperkuat basis ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada komoditas primer saja.
Bagi masyarakat: dorongan konsumsi produk lokal melalui kampanye kampus bisa merangsang ekonomi domestik — membuat rantai nilai lebih panjang di dalam negeri.
Program UMKM BISA Ekspor telah mencatat pencapaian signifikan dengan transaksi senilai USD 108,8 juta hingga akhir September 2025 — ini bukan hanya angka, melainkan sinyal bahwa UMKM Indonesia mulai mendapatkan pijakan dalam ekspansi global.
Meski demikian, untuk menjadi kekuatan ekspor yang berkelanjutan, dukungan kapasitas, standarisasi, akses pembiayaan, dan logistik harus terus diperkuat.
Bagi pembaca, fakta ini membuka satu refleksi: dalam percepatan ekonomi nasional, pemberdayaan UMKM bukan sekadar slogan — melainkan kunci transformasi ekonomi yang lebih inklusif dan berbasis luas. (DM)
BACA JUGA:
Tinggalkan Balasan