Tenggulangbaru.id – Istri yang salehah tentu menjadi impian setiap suami. Demikian pula bagi seorang perempuan, menjadi sosok yang salehah merupakan keinginan yang kuat. Bahkan, hal ini juga menjadi cita-cita banyak perempuan di dunia. Rasulullah SAW bersabda:
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita salehah.” (HR. Muslim)
Lalu, bagaimana cara menjadi istri yang salehah, yang kelak dijanjikan surga? Mengenai hal ini, banyak riwayat yang disampaikan dalam sejumlah hadis. Berikut enam ciri wanita salehah berdasarkan hadis Rasulullah SAW:
Salah satu ciri wanita salehah adalah memiliki sifat lembut dan penuh kasih sayang terhadap orang-orang di sekitarnya. Namun, kelembutan ini bukanlah sesuatu yang berlebihan atau dapat menimbulkan fitnah. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ اَلْوَدُوْدُ الْوَلُوْدُ الْعَؤُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا، الَّتِى إِذَا غَضِبَ جَاءَتْ حَتَّى تَضَعَ يَدَهَا فِي يَدِ زَوْجِهَا، وَتَقُوْلُ: لاَ أَذُوقُ غَضْمًا حَتَّى تَرْضَى
“Apakah kalian ingin aku kabarkan tentang istri-istri kalian yang akan menjadi penghuni surga? Mereka adalah istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, dan senantiasa kembali kepada suaminya. Apabila suaminya marah, ia datang dan meletakkan tangannya di tangan suaminya sambil berkata: ‘Aku tidak akan merasa tenang sebelum engkau ridho.’” (HR. An-Nasai)
Wanita salehah selalu berbakti kepada suaminya karena ia menyadari bahwa untuk mendapatkan ridho Allah SWT, ia harus membuat suaminya ridho.
Tentu yang dimaksud di sini adalah ridho yang tidak melanggar syariat, melainkan ridho yang berlandaskan ajaran agama.
Nabi Muhammad SAW mengajarkan umatnya untuk memilih istri berdasarkan agamanya, bukan semata-mata karena kecantikan, harta, atau status sosialnya. Sebab, hanya wanita yang memiliki agama yang baiklah yang dapat mewujudkan keluarga yang berkah dan bahagia.
Rasulullah SAW bersabda:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Nikahilah wanita karena empat hal: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah wanita yang memiliki agama, niscaya kamu akan beruntung.” (HR. Muslim)
Menjaga rahasia dalam keluarga adalah kewajiban utama bagi seorang istri, terutama yang berkaitan dengan hubungan suami istri. Kekurangan pasangan tidak boleh diceritakan kepada siapa pun. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
فَلاَ تَفْعَلُوا، فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِثْلُ الشَّيْطَانِ لَقِيَ شَيْطَانَةً فِي طَرِيْقٍ فَغَشِيَهَا وَالنَّاسُ يَنْظُرُوْنَ
“Jangan lakukan hal tersebut, karena perbuatan itu seperti setan jantan yang bertemu dengan setan betina di jalan, lalu berhubungan badan sementara manusia melihatnya.” (HR. Ahmad)
Wanita salehah hanya akan berdandan di rumah untuk suaminya. Ketika berada di luar rumah, seorang wanita wajib menutup aurat dan tidak memperlihatkan kecantikan secara berlebihan. Hal ini berbeda dengan saat ia bersama suaminya, di mana ia boleh merias diri untuk menyenangkan hati suaminya.
Wanita salehah berdandan untuk suaminya sebagai bentuk ibadah, dan ia akan memperoleh pahala dari hal tersebut. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ، اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهَ وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهَ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهَ
“Maukah aku kabarkan kepadamu tentang sebaik-baik harta yang dimiliki seorang lelaki, yaitu istri salehah, yang bila dipandang akan menyenangkan hatinya, bila diperintah akan menaatinya, dan bila ia pergi, istri tersebut menjaga kehormatannya.” (HR. Abu Dawud)
Seorang istri yang baik adalah yang melayani suaminya dengan penuh perhatian dan kebaikan. Dalam Islam, istri dianjurkan untuk tidak melakukan ibadah sunnah seperti puasa, bepergian, atau ibadah lainnya tanpa izin suami.
Rasulullah SAW bersabda:
لاَ يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ
“Tidak halal bagi seorang istri berpuasa (sunnah) sementara suaminya hadir (tidak sedang bepergian) kecuali dengan izinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jadi, apabila suami memberikan izin untuk berpuasa, bepergian, atau melakukan ibadah sunnah lainnya, maka tidak ada masalah. Namun, jika suami tidak mengizinkan, istri yang salehah seharusnya mengutamakan ketaatan kepada suaminya, karena hal itu lebih utama.
Salah satu penyebab banyak wanita masuk neraka adalah karena tidak bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh suaminya.
Sering kali seorang istri mendapat kebaikan dari suaminya sepanjang waktu, namun ketika menemui satu kesalahan, seperti berkata, “Aku tidak pernah melihat kebaikan darimu sama sekali.” Hal ini tentu tidak benar.
Sebagai istri yang salehah, wajib bersyukur atas segala pemberian suami, karena Allah telah menyiapkan azab yang pedih bagi istri yang tidak menghargai suaminya.
Rasulullah SAW bersabda:
لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لاَ تَسْتَغْنِي عَنْهُ
“Allah tidak akan melihat kepada seorang istri yang tidak bersyukur kepada suaminya, padahal dia membutuhkannya.” (HR. An-Nasai).
Hadis-hadis di atas membahas tentang karakter wanita salehah dari sudut pandang istri. Namun, peran suami juga tidak boleh diabaikan. Suami bertanggung jawab untuk membimbing istrinya menjadi wanita salehah, serta menunaikan kewajibannya dengan baik. Wallahu A’lam. (DM)
Tinggalkan Balasan