Tenggulangbaru.id – Ramadhan tahun 1445 Hijriah telah berjalan lebih dari setengahnya dan sekarang akan memasuki sepuluh hari terakhir. Biasanya, umat Islam menjadi lebih rajin dalam beribadah pada periode ini, terutama pada malam-malam ganjil, dengan harapan menemukan malam istimewa yang disebut Lailatul Qadar.
Lailatul Qadar dianggap sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan, menurut Al-Qur’an. Ini berarti bahwa amal kebaikan dilakukan pada malam tersebut memiliki nilai yang sangat besar dibandingkan dengan malam-malam biasa.
Meskipun demikian, tidak ada kepastian tentang kapan Lailatul Qadar tepatnya terjadi. Al-Qur’an dan hadits tidak memberikan informasi spesifik tentang hal itu. Kondisi ini memiliki hikmahnya, salah satunya agar semua orang beribadah dengan tekun sepanjang Ramadhan tanpa terikat pada waktu tertentu.
Baca Juga: Apakah Takdir Bisa Diubah?
Namun, Rasulullah memberikan petunjuk tentang kapan Lailatul Qadar mungkin terjadi. Ini terlihat dari hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim yang mendorong umat Islam untuk mencari Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah sendiri meningkatkan ibadahnya pada malam-malam tersebut, bahkan membangunkan keluarganya.
Hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Aisyah radliyallahu ‘anha mengatakan, “Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.”
Lailatul Qadar juga telah dirasakan sebagai pengalaman spiritual oleh para sahabat Nabi. Ibnu Umar mengaku pernah bermimpi seperti sahabat lainnya bahwa Lailatul Qadar terjadi pada tujuh hari terakhir.
Baca Juga: Batal Puasa Sengaja? Ini Hukumnya, Kafaratnya, dan Cara Membayarnya!
Menurut Imam Syafi’i, Lailatul Qadar berada pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, terutama pada malam-malam ganjil, dengan paling diharapkan terjadi pada malam 21 atau 23 Ramadhan.
Meskipun beberapa ulama berpendapat bahwa tidak ada aturan pasti mengenai kapan Lailatul Qadar terjadi, beberapa lainnya menyatakan sebaliknya. Salah satunya adalah Imam Abu Hamid Al-Ghazali dan Imam Abul Hasan as Syadzili. Dikatakan bahwa Syekh Abu Hasan telah merasakan Lailatul Qadar sejak masa baligh dan sesuai dengan kaidah yang diajukan.
Imam al-Ghazali mengajukan teori bahwa Lailatul Qadar dapat ditebak dari hari pertama bulan Ramadhan, dengan versi pertamanya tercatat dalam kitab I’anatuth Juz 2 Hal. 290.
قال الغزالي وغيره إنها تعلم فيه باليوم الأول من الشهر،
فإن كان أوله يوم الأحد أو يوم الأربعاء: فهي ليلة تسع وعشرين.
أو يوم الاثنين: فهي ليلة إحدى وعشرين.
أو يوم الثلاثاء أو الجمعة: فهي ليلة سبع وعشرين.
أو الخميس: فهي ليلة خمس وعشرين.
أو يوم السبت: فهي ليلة ثلاث وعشرين.
“Al-Ghazali dan ulama lain mengatakan bahwa Lailatul Qadar dapat diketahui dengan melihat hari pertama bulan Ramadhan. Berikut adalah penjelasannya:
Baca Juga: Sahkah Puasa dalam Keadaan Junub? Begini Penjelasannya Menurut Imam Syafi’i
Kaidah ini mendapat testimoni dari Syekh Abul Hasan As-Syadzili. Ia mengatakan, “Semenjak saya menginjak usia dewasa Lailatul Qadar tidak pernah meleset dari jadwal atau kaidah tersebut.”
Kita semua mengetahui bahwa awal bulan Ramadhan tahun 1445 Hijriah jatuh pada hari Selasa, 11 Maret 2024, berdasarkan pengumuman dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan keputusan resmi Pemerintah melalui Kementerian Agama RI. Meskipun menggunakan aturan penghitungan kalender qamariyah.
Jika kita mengikuti kaidah Imam al-Ghazali untuk menentukan jatuhnya Lailatul Qadar, maka Lailatul Qadar dalam bulan Ramadhan 1445 Hijriah ini diperkirakan jatuh pada:
Malam ke-27 atau Sabtu malam, 6 April 2024, merujuk pada kaidah Imam al-Ghazali sebagaimana dijelaskan kitab I’anatuth Thalibin.
Kaidah ini terdapat dalam banyak kitab ulama, termasuk dalam kitab-kitab fiqih Syafi’iyyah. Rumus ini diuji dari pengalaman para ulama yang telah menemukan Lailatul Qadar. Karena kaidah ini merupakan hasil dari ijtihad dan pengalaman spiritual pribadi, wajar jika ulama lain memiliki versi hitungan yang berbeda. Mengenai kepastian kebenarannya, jawaban terbaiknya adalah “hanya Allah yang paling tahu”.
Oleh karena itu, meskipun kita dapat mengarahkan fokus ibadah kita sesuai dengan kaidah tersebut, para ulama menyarankan untuk terus mencari malam yang penuh kemuliaan tersebut pada berbagai malam atau tanggal, terutama pada malam ganjil, malam-malam sepuluh terakhir, dan terutama sekali pada malam ganjil di sepuluh terakhir tersebut.
Baca Juga: Cara Menggantikan Shalat yang Telah Terlupakan dalam Waktu Bertahun-tahun
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, Rasulullah memberikan contoh tentang seberapa tekunnya dia dalam beribadah, khususnya dalam menyambut Lailatul Qadar. Ada berbagai bentuk ibadah yang dapat dilakukan, mulai dari shalat malam, membaca Al-Qur’an, berpartisipasi dalam majelis ilmu, dzikir, hingga membaca doa-doa khusus.
Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar menjelaskan tentang bacaan dzikir yang sangat dianjurkan pada malam Lailatul Qadar. Beliau meriwayatkan dari sanad yang shahih dalam kitab-kitab seperti al-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan lain-lain bahwa Sayyidah Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah,
“Wahai Rasulullah, jika aku mengetahui bahwa malam ini adalah Lailatul Qadar, apa yang sebaiknya aku baca?
Rasulullah menjawab, “Bacalah:
اللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فاعْفُ عَنِّي
Allâhumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa‘fu ‘anni’
(Wahai Tuhan, Engkau Maha Pengampun, menyukai orang yang minta ampunan, ampunilah aku).”
Baca Juga: Memahami Hukum Melagukan Al Quran: Sunnah atau Haram?
Menurut Imam As-Syafi’i, amalan tersebut sebaiknya tidak hanya dilakukan di malam hari, tetapi juga diperbanyak pada siang hari. Imam As-Syafi’i sendiri menyukai untuk melakukan amalan tersebut baik di malam maupun di siang hari, menunjukkan kesungguhannya dalam beribadah. (DM)
Tinggalkan Balasan