Setiap hal pasti memiliki petunjuknya, termasuk orang-orang yang akan meraih kebahagiaan di akhirat. Bahkan, bukan hanya di akhirat, mereka juga akan merasakan kebahagiaan di dunia ini. Mengenai indikasi-indikasi ini, Allah telah menjelaskannya melalui Al-Qur\’an.
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman,” “(yaitu) orang yang khusyuk dalam sholatnya,” “dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna,” “dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna,” “dan orang yang menunaikan zakat,” “dan orang yang memelihara kemaluannya,” “kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak tercela.” “Tetapi barang siapa mencari di balik itu (zina, dan sebagainya), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” “Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanah-amanah dan janjinya,” “serta orang yang memelihara sholatnya.” (QS. Al-Mu\’minun 23: Ayat 1 – 9)
Baca Juga: Sumber Hukum Agama Islam, Jejak Empat Madzhab yang Populer
Tambahan informasi penting, dalam Tanbih al-Ghafilin, Syekh al-Samarqandi juga mengidentifikasi 11 tanda tambahan yang menunjukkan orang yang akan meraih kebahagiaan. Beberapa di antaranya serupa dengan tanda-tanda yang sudah disebutkan dalam ayat sebelumnya. Dengan menggabungkan keduanya, kita memiliki total 14 tanda yang mengindikasikan kebahagiaan. Namun, perlu diingat bahwa ke-14 tanda ini hanya berlaku efektif jika didasari oleh keimanan yang teguh dan ketakwaan yang kuat.
Penting untuk selalu menjalankan sholat lima waktu dengan penuh khusyu\’, sesuai dengan perintah Allah dalam ayat lain yang menyatakan, “Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu,” (QS Al-Baqarah [2]: 238).
Penting juga menjauhi hal-hal yang tidak berguna, baik dalam tindakan maupun kata-kata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengingatkan kita,“Di antara tanda baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan perkara yang tak bermakna,” (HR Ahmad)..
Sangat penting untuk menjalankan kewajiban zakat saat harta sudah mencapai nisab, baik itu zakat fitrah maupun zakat harta. Bahkan jika seseorang belum mampu membayar zakat, masih ada banyak cara untuk bersedekah, memberi hadiah, berinfak, berwakaf, atau menyumbang sesuai kemampuan masing-masing.
Menjaga kesucian kemaluan adalah hal yang sangat penting, kecuali dalam hubungan yang sah dengan pasangan. Sayangnya, seringkali hal ini diabaikan, padahal Rasulullah shallallahu \’alaihi wasallam telah memberikan peringatan tentang seriusnya konsekuensi melanggar hal ini,”Tidak ada dosa yang lebih besar di sisi Allah, setelah syirik, kecuali dosa seorang lelaki yang menumpahkan spermanya pada rahim wanita yang tidak halal baginya,” (HR. Ibnu Abi al-Dunya).
Menjaga amanat yang diberikan dan memenuhi janji adalah kewajiban yang mencakup semua aspek kehidupan, termasuk tanggung jawab terhadap usia, harta, ilmu, jabatan, keluarga, keturunan, dan sebagainya yang telah diberikan Allah kepada kita.
Sikap zuhud terhadap dunia dan cinta yang mendalam terhadap akhirat.Seseorang yang zuhud menyadari bahwa kehidupan akhirat jauh lebih baik dan abadi dibandingkan dengan dunia ini. Oleh karena itu, segala tindakannya diarahkan menuju kebahagiaan akhirat. Namun, penting untuk diingat bahwa zuhud bukan berarti meninggalkan dunia sepenuhnya; sebaliknya, dunia dijadikan sebagai alat untuk meraih kebahagiaan yang lebih besar dan kekal di akhirat.
Penuh dedikasi terhadap ibadah dan membaca Al-Qur’an. Dalam pandangan Ulama, semua tindakan mereka harus bernilai ibadah. Baik itu mencari nafkah, menikah, mengurus keluarga, mendidik anak, makan, minum, bahkan tidur, semuanya diniatkan dengan tulus sebagai bentuk ibadah kepada Allah. Terutama amalan-amalan ibadah seperti shalat, zakat, puasa, dan lainnya, dijalani dengan penuh kesadaran. Tidak ada waktu luang yang disia-siakan, dan membaca Al-Qur\’an menjadi salah satu prioritas, karena mereka menyadari bahwa Al-Qur\’an akan menjadi syafaat atau pertolongan bagi pembacanya di hari Kiamat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW,”Bacalah Al-Qur’an oleh kalian! Sebab, pada hari Kiamat ia akan datang sebagai pemberi syafaat bagi pemilik (pembaca)-nya,” (HR Ahmad).Kutipan dari Abdullah ibn Abi Zakariya yang disampaikan oleh Ibnu Abi Ashim memberikan pelajaran yang berharga. Mereka mengatakan bahwa seseorang yang banyak bicaranya cenderung memiliki banyak kesalahan. Orang yang memiliki banyak kesalahan biasanya memiliki sedikit sifat wara\’ (kehati-hatian dalam beragama). Orang yang kurang memiliki sifat wara\’ akan mengalami mati hati spiritualnya. Dan akibatnya, orang yang mati hatinya akan diharamkan oleh Allah untuk masuk surga.
Adalah sikap wara\’ atau berhati-hati untuk menjauhi segala hal yang haram, baik yang banyak maupun yang sedikit. Mereka bahkan membatasi diri dari yang halal dan menghindari yang syubhat. Dalam hadis, disebutkan bahwa:”Siapa pun yang menjauhi perkara syubhat, sebenarnya telah menjaga agamanya dan kehormatannya. Ini karena orang yang berani terlibat dalam perkara syubhat berisiko terjatuh ke dalam perkara yang haram. ” (HR. Bukhari Nomor 2051)
Menjalin persahabatan dengan orang-orang saleh. Persahabatan ini dianggap sangat berharga, bahkan akan berlanjut hingga hari akhirat. Rasulullah telah mengingatkan bahwa kita akan berkumpul dengan orang-orang yang kita cintai. Artinya, jika seseorang mencintai orang-orang saleh, maka dia akan bersama mereka di akhirat. Demikian pula, sebaliknya, persahabatan dengan orang-orang yang tidak saleh dapat berdampak negatif di akhirat.Bersahabat dengan orang-orang saleh memiliki dampak positif sebagai pelembut dan pengobat hati. Selain itu, pelembut hati lainnya termasuk membaca Al-Qur\’an dengan penuh penghayatan, sering berpuasa untuk membersihkan jiwa dan mengendalikan nafsu, selalu bangun malam untuk beribadah, dan merendahkan diri kepada Allah di waktu sahur.
Menekankan pentingnya sikap tawaduk, rendah hati, dan menjauhi sikap sombong. Rasulullah SAW telah dengan jelas menyampaikan dalam hadisnya, “Seseorang yang meninggal dalam keadaan terbebas dari tiga sifat ini akan masuk surga. Ketiga sifat tersebut adalah kesombongan, kedengkian, dan hutang.
Sikap murah hati dan dermawan. Orang yang murah hati mendekatkan diri kepada Allah, surga, sesama manusia, dan menjauhkan diri dari neraka. Sebaliknya, orang yang kikir menjauhkan diri dari Allah, surga, sesama manusia, dan mendekatkan diri kepada api neraka. Dengan pesan Rasulullah SAW kepada para sahabat, disampaikan,”Orang yang dermawan, meskipun sederhana, lebih dicintai Allah daripada ahli ibadah yang kikir.” (HR. Tirmidzi)
Sikap penyayang kepada sesama makhluk Allah. Ini sesuai dengan perintah Rasulullah SAW,”Sayangilah mereka yang ada di bumi, niscaya kalian akan disayang oleh mereka yang ada di langit.” (HR. Tirmidzi dari Abdullah bin ‘Amr)Yang lebih istimewa, orang-orang yang memiliki sifat penyayang akan mendapatkan kasih sayang dari Allah, Sang Maha Penyayang.
Memberikan manfaat kepada sesama makhluk. Orang yang selalu memberikan manfaat kepada sesama dianggap mulia. Tidak hanya dicap sebagai manusia terbaik, mereka juga termasuk dalam golongan hamba yang paling dicintai Allah. Penting diingat bahwa amal yang paling dicintai oleh Allah adalah memberikan kebahagiaan kepada sesama Muslim, membantu meringankan kesulitannya, melunasi hutangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Bahkan, Nabi SAW, pernah menyatakan:” Berjalan bersama saudara Muslim untuk memenuhi kebutuhannya lebih baik daripada beri\’tikaf di masjidnya (Masjid Nabawi) selama satu bulan. ” (HR. Thobroni)Siapa pun yang berjalan bersama saudaranya untuk membantu hingga dia puas, Allah akan menetapkan telapak kakinya di hari ketika banyak telapak kaki tergelincir.
Pentingnya selalu mengingat kematian, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW,”Perbanyaklah kalian mengingat penghancur kelezatan, yakni kematian.” (HR. At- Tirmidzi).Mengingat kematian adalah cara untuk menjaga kesadaran akan akhirat, dan ini dapat membantu seseorang untuk hidup dengan lebih bertanggung jawab, tulus, dan fokus pada persiapan untuk akhirat. Kematian adalah keniscayaan yang tidak bisa dihindari, dan dengan selalu mengingatnya, seseorang dapat hidup lebih bermakna dan bertujuan.
Baca Juga: Menyucikan Hati: Cara Efektif Menebus Dosa Ghibah
Mari kita lihat perbandingan antara mereka yang lalai terhadap kematian dan mereka yang ingat akan kematian. Mereka yang lalai terhadap kematian cenderung malas dalam beribadah, ceroboh dalam tindakan mereka, tidak memperhatikan kewajiban mereka dan hak orang lain, tidak mempedulikan larangan haram, dst.
Namun, bagi mereka yang selalu ingat akan kematian, mereka sadar bahwa tindakan kecil pun akan dipertanggungjawabkan dan akan mendapatkan balasan. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an,
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, dia akan melihat (balasannya). Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, dia akan melihat (balasannya) pula,” (QS Al-Zalzalah [99]: 9).
Baca Juga: Panduan Praktis untuk Memperoleh Pahala Besar Melalui Sedekah
Tanda-tanda orang yang akan meraih kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat, adalah sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Sementara itu, tanda-tanda orang yang akan celaka adalah kebalikannya, seperti melalaikan shalat, sibuk dengan hal-hal yang tidak memiliki makna, tidak menjaga kemaluan, dan lain sebagainya. Semoga informasi ini bermanfaat dan dapat memberikan kita pedoman dalam menjalani kehidupan yang lebih baik. Wallahu ‘alam. [DM]
Tinggalkan Balasan