Sedekah dalam Islam adalah tindakan mulia di mana seseorang memberikan kontribusi atau bantuan kepada mereka yang memerlukan tanpa mengharapkan penggantian atau pujian.
Tindakan ini bukan hanya sebuah perbuatan baik, tetapi juga merupakan ekspresi dari ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah dan menghapuskan dosa.
Bersedekah adalah salah satu dari lima pilar utama dalam Islam, dan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan seorang Muslim. Anjuran untuk melakukan sedekah ditemukan dalam surat Al Baqarah ayat 274 dalam Al-Quran.
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُم بِٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمۡ أَجۡرُهُمۡ عِندَ رَبِّهِمۡ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ
[البقرة ٢٧٤]
Artinya: “Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 274)
Memberikan sedekah adalah suatu tindakan yang sangat dianjurkan dalam Islam, bahkan termasuk dalam kategori sunnah muakkad yang sangat ditekankan. Keutamaan memberikan sedekah begitu banyak.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, disebutkan bahwa sedekah memiliki kemampuan untuk menjauhkan seseorang dari api neraka.
عَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّقُوا النَّارَ ثُمَّ أَعْرَضَ وَأَشَاحَ ثُمَّ قَالَ اتَّقُوا النَّارَ ثُمَّ أَعْرَضَ وَأَشَاحَ ثَلَاثًا حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ يَنْظُرُ إِلَيْهَا ثُمَّ قَالَ اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
Artinya:
“Dari Adi bin Hatim mengatakan, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Lindungilah diri kalian dari api neraka” Kemudian beliau berpaling dan menyingkir, Lalu beliau bersabda lagi: “Jagalah diri kalian dari neraka”, Kemudian beliau berpaling dan menyingkir (tiga kali) hingga kami menyangka bahwa beliau melihat neraka itu sendiri, selanjutnya beliau bersabda: “Jagalah diri kalian dari neraka sekalipun hanya dengan sebiji kurma, Jika memang tidak bisa, berucaplah dengan kalimat yang baik.”
Pesan ini mengingatkan kita akan pentingnya menghindari perbuatan yang dapat membawa kita menuju neraka, bahkan dengan tindakan kecil atau perkataan yang baik.
Lantas Amal Sedekah apa yang pahalanya begitu besar?
Terkait dengan keutamaan sedekah yang mana balasannya begitu besar sekali, pernah disebutkan dalam sebuah hadist Rasulullah SAW:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَعْظَمُ أَجْرًا؟
فَقَالَ : أَمَا وَأَبِيكَ لَتُنَبَّأَنَّهُ أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْبَقَاءَ وَلَا تُمْهِلَ حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ الْحُلْقُومَ قُلْتَ لِفُلَانٍ كَذَا وَلِفُلَانٍ كَذَا وَقَدْ كَانَ لِفُلَانٍ.
Artinya : ” Dari Abu Hurairah ia berkata; Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, sedekah yang bagaimanakah yang paling besar pahalanya?”
Maka beliau menjawab: “Demi bapakmu, kamu benar-benar akan diberitahu. Yaitu, kamu bersedekah pada saat kamu sehat, kikir, khawatir akan miskin dan kamu berangan-angan harta tersebut akan kekal bersamamu. Dan janganlah kamu lalai hingga nyawamu sampai di tenggorokan dan barulah kamu bagi-bagikan sedekahmu, ini untuk si Fulan dan ini untuk Fulan. Dan ingatlah, bahwa harta itu, memang untuk si Fulan.” (HR. Muslim Nomor 1714)
Menurut penjelasan Imam Nawawi dalam Syarah Riyadhus Shalihin Jilid 1, hadits tersebut menggambarkan pentingnya bersedekah ketika seseorang dalam keadaan sehat. Dalam kondisi ini, pahala yang diperoleh dari sedekah sangat besar.
Imam Nawawi juga menyoroti fakta bahwa sifat kikir paling tampak saat seseorang dalam keadaan sehat.
Imam Nawawi menjelaskan bahwa ketika seorang Muslim bersedekah dalam keadaan sehat, hal ini menggambarkan ketulusan hatinya dan cinta yang mendalam kepada Allah SWT.
Ini berbeda dengan orang yang sakit atau mendekati ajal, di mana pandangan mereka terhadap harta sudah berubah karena mereka sudah tidak lagi berharap banyak dari kehidupan dunia.
Dalam konteks ini, Imam Nawawi mengajarkan bahwa melalui sedekah dalam keadaan sehat, seseorang dapat melihat harta mereka sebagai amanah dari Allah, bukan sebagai kepemilikan eksklusif mereka sendiri. Kondisi ini menghapus sifat kikir dan menguatkan ikatan cinta kepada Allah SWT.
Dalam hadits yang disampaikan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, pentingnya bersedekah dalam keadaan sehat sangat ditekankan.
Menurut penjelasan Imam Nawawi, hal ini karena sedekah dalam kondisi sehat mengungkapkan ketulusan hati dan cinta yang besar kepada Allah SWT.
Ketika kita berbagi dalam keadaan sehat, kita menunjukkan bahwa harta bukanlah milik eksklusif kita sendiri, tetapi amanah dari Allah. Ini adalah tanda kesungguhan hati dan keinginan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Lebih dari itu, pesan hadits ini mengingatkan kita untuk menghindari sifat kikir yang sering muncul ketika kita dalam kesejahteraan. Saat kita terlalu terikat pada harta dan keduniawian, kita dapat kehilangan fokus pada nilai-nilai yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, bersedekah dalam keadaan sehat adalah cara untuk menjaga hati kita tetap ikhlas dan mencintai Allah dengan segenap hati. Dengan begitu, kita dapat menjauhkan diri dari api neraka, sekalipun dengan tindakan kecil atau perkataan yang baik.
Pesan dari hadits ini sangat relevan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mengajarkan kita untuk tidak hanya peduli pada kebutuhan material kita sendiri, tetapi juga peduli pada kebutuhan orang lain.
Dengan bersikap dermawan dan ikhlas dalam memberi, kita tidak hanya mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah, tetapi juga memperkuat hubungan kita dengan-Nya dan menjaga hati dari sifat kikir.
Sebuah biji kurma atau kata-kata baik-baik dapat menjadi sedekah yang berarti jika dilakukan dengan tulus dan ketulusan hati. [DM]
Tinggalkan Balasan